Thursday 22 May 2014

Music And Sing



 
Cast : - Lee Jihwa
           - Lee Donghae
Genre : Sad, *tauDeh
Length : Ficlet
Rating : segala usia, termasuk manula
Disclaimer : FF PURE dari otak saya. Semua pemain milik diri mereka sendiri, kecuali kyuhyun #plakk *DigamparSparkyu
         Rocemended song : mywood – mother how are you today
                                  SM Town – Only Love
                                  Co-ed – I Love You A Thousand More


            Story Begin
“Musik yang indah adalah
 musik yang dimana penyanyi menyanyikannya
dengan penuh perasaan”

Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is ok.
Mother, how are you today?

Mother, don't worry, I'm fine.
Promise to see you this summer.
This time there will be no delay.
Mother, how are you today?

I found the man of my dreams.
Next time you will get to know him.
Many things happened while I was away.
Mother, how are you today?


Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is ok.
Mother, how are you today?

Ahh..ahhaaa.

Many things happened while I was away.
Mother, how are you today?

            PROOKK...PROKK...PROOKK.....

             Nyanyian seorang gadis yang ditemani tuts tuts piano besar itu, telah berakhir dan menghadirkan banyak sekali riuh tepuk tangan dari para retina mata yang menatapnya penuh kagum. Gadis bernama Lee Jihwa itu telah menyelesaikan sebuah lagu yang memiliki banyak makna baginya. Gadis itu menyanyikannya dengan penuh perasaan dan penuh penghayatan, bahkan ia seperti berada dalam lantunan lirik lagu tersebut.

            Gadis itu tersenyum hangat lalu berdiri di tengah – tengah panggung yang telah menghantarkannya kedunia yang sesungguhnya, dunia menyanyi. Gadis bermarga Lee itu tersenyum begitu bahagia. Tak banyak yang tahu tentang perasaan sesungguhnya dari gadis itu, terkecuali seorang lelaki yang kini tengah duduk didaerah terdepan para tamu.

            Lelaki bernama Lee donghae itu menatap hangat pada gadis yang begitu sangat dicintainya itu. Gadis itupun membalas tatapan hangat sang namja, mereka pun saling bertukar senyum. Kemudian tirai merah yang terbentang disetiap sisi itu kini perlahan menutup seiring dengan perginya para pemilik retina mata tadi.

            Tirai merah indah itu kini membentang dengan sangat rapinya, bahkan kini tirai itu telah menutupi kesedihan gadis bermarga lee itu. Gadis cantik itu masih tetap berdiri dimana tempatnya tadi. Kini ia menangis, menangisi nyanyiannya. Lagu terakhir yang dinyanyikan ibunya, itulah alasan gadis itu menagis.

            Namja tampan dengan senyum menawan itu masih tetap duduk ditempatnya, meskipun orang – orang telah kembali pada tempat mereka sesungguhnya. Tetapi, Ia tidak karena Ia sangat tahu sekali bahwa kekasihnya itu masih berdiri kokoh dibalik tirai besar itu. Setelah lama berfikir akhirnya namja bernama Lee Donghae itupun mengarahkan kaki indahnya itu kearah sang kekasih.

            Lee donghae namja dengan tinggi kurang dari 180, pemilik mati yang indah, dan sebuah senyum yang menawan itu kini menatap seorang gadis yang sangat cantik berbalut gaun selutut berwarna peach dengan tambahan pita putih diatas kepalanya ‘manis’ itulah hal pertama yang tn. Lee itu pikirkan saat pertama kali melihat gadisnya itu memulai menyanyi. Ia terus berdiri dengan radius 3 meter dari gadisnya.

            Namja itu menatap sedih kearah gadisnya. Donghae sangat tahu betapa pentingnya lagu itu terhadap perasaan hati sang yeoja. Bahkan namja dengan tinggi kurang 180 ini pernah memaksa sang kekasih untuk tidak pernah menyanyikan lagu itu. Tapi, tak bisa, lagu itu satu – satunya kenangan yang dimiliki Jihwa.

            Lee donghae menghampiri jihwa lalu memeluknya dari arah belakang. Donghae merasakan, merasakan betapa kosongnya hati seorang lee jihwa. Meskipun ia terus mencoba untuk mengisi penuh hati jihwa, namun tetap saja disisi lain hati gadis itu tetaplah kosong. Kini mereka menangis bersama, mencoba saling menguatkan satu sama lain. Mereka sama – sama lemah maka dari itu mereka mencoba menguatkan diri dengan saling bersama. Donghae menguatkan pelukannya, mereka tampak sangat lemah, tidak ada satu pun tumpuan untuk diri mereka sendiri, hanya pelukan yang mampu menguatkan hati mereka yang kosong karena kehilangan sosok panutan sedari kecil.

            “Hentikan...jebal hentikan” racau donghae dengan deraian air mata yang kini saling menyatu dengan deraian air mata jihwa dan jatuh bersamaan.
            “anioo, oppa. Ini aku. Kumohon jangan paksa aku” balas jihwa tak kalah lirihnya. Mereka terjatuh diatas panggung itu dan terus menangis tanpa satupun orang yang dapat menganggu mereka.

            Other Place

            “ige minumlah” ucap donghae dengan senyum indahnya, memberikan sebuah capuccino hangat kepada jihwa. Jihwa menatap hangat kearah donghae lalu menyambar capuccino itu dengan lembut.
            “hangat” ucapnya lalu tersenyum, gadis itu pun mengarahkan objek matanya pada raja cahaya yang sebentar lagi akan menghilang dan digantikan dengan sang rembulan dan ribuan bintang.
            “kau sangat manis dengan gaunmu tadi dan kau menyanyi dengan sangat baik” jelas donghae, namja itu mengikuti arah objek yang sedang diperhatikan gadisnya itu lalu tersenyum hangat, melihat betapa bahagiannya jihwa pada saat itu.
            “gomawo oppa” jihwa mentap kearah donghae dan tatapan itupun terbalaskan, mereka tersenyum sangat hangat  mencoba untuk saling menjadi penopang disetiap hidup mereka masing – masing.
            “kau tau apa musik yang indah itu oppa ?”tanya jihwa, kini gadis manis itu menatap kearah air danau yang terlihat tenang seperti hatinya bila didekat namja bernama lee donghae itu.
            “musik yang indah” donghae tampak berpikir dengan jawaban yang akan ia lontarkan “musik yang menyatu dengan telinga sang pendengar” ujar donghae lalu menatap kearah jihwa,berharap bahwa jawabannya itu benar.
            “bukan hanya itu saja, musik yang indah adalah dimana sang penyanyi menyanyikannya dengan penuh perasaan” balas jihwa. Mereka saling menatap lalu tersenyum dengan sangat manis.
            “baiklah malaikat musik, bagaimana kalau sekarang kita pulang ?. kurasa hari semakin dingin” donghae berlutut dihadap jihwa dan mengulurkan tanganya untuk menuntun gadis itu pulang bersamanya. Jihwa tertawa kecil melihat tingkah donghae yang seperti seorang pangeran itu. Gadis itu pun membalas uluran tangan sang namja. Mereka pun kembali kemana mereka biasa beristirahat.


            ***********************

            Pagi yang cerah disebuah flat yang dihuni oleh seorang namja dan yeoja. Mereka telah hidup disana selama belasan tahun dan mereka menghidupi diri mereka sendiri disitu, setelah kehilangan seluruh keluarganya karena sebuah kecelakaan. Pagi itu mereka berencana untuk piknik disebuah taman didekat taman bermain anak – anak disamping flat mereka.
            “oppa kau ingin kumasakkan apa ?”tanya jihwa dari arah dapur. Gadis itu sangat sibuk dengan bahan – bahan yang sudah siap untuk dimasak.
            “apa saja ji~ya” balas donghae dari arah kamar. Memang namja itu baru saja selesai mandi karena dia bangun terlambat.
            Jihwa hanya menggangguk senang lalu bersiap membuat makanan yang sangat disukai kekasihnya itu. Gadis itu memasak dengan sepenuh hati dengan sedikit nyanyian sebagai pelengkap bumbu – bumbu masakannya.

            “chhhaa, sudah selesai” jihwa bersiap mandi. Tetapi, belum lama kemudian ia menghentikan sebentar kegiatannya itu untuk melarang donghae agar tidak mecicipi makanan tanpa menggunakan alat makan.

            ********************
            In Park

            siang yang tidak terlalu terik. Bukankah cukup untuk bersenang – senang diluar dan kini inilah yang dilakukan oleh seorang lee donghae dan lee jihwa. Mereka tampak sibuk dengan diri mereka sendiri. Donghae yang tengah tertidur dengan paha jihwa sebagai bantalannya dan jihwa yang sedang sibuk dengan mp3 player ditangannya.
            “ji~ya. Bila aku pergi untk selamanya apa yang akan kau lakukan ?” tanya donghae, menatap kearah atas melihat sebuah objek mata yang sangat indah.
            “aku akan mengikutimu” balas jihwa setelah melepaskan earphone ditelinganya lalu membalas tatapan tajam donghae yang tiba – tiba berubah ketika mendengar jawaban jihwa.
            “anio, kau harus tetap hidup meskipun aku telah tiada, arraseo ?”tekan donghae lalu kembali duduk dengan tegaknya.
            “tidak oppa. Kau tahu, kau satu – satunya yang kumiliki. Jika kau pergi maka aku kan ikut pergi. Lagipula kenapa oppa berbicara seperti itu, kita masih tetap bersama sampai kapanpun bukan, selamanya, iyakan” jelas jihwa bahkan kini ia mengeluarkan air matanya karena pertanyaan yang selama ini jihwa tidak ingin mendengarnya dan kini ia mendengarnya dengan tanpa celah.
            Donghae hanya menundukkan kepala, ia juga bingung bagaimana bisa ia mengatakan hal yang sangat jihwa tidak suka. Donghae masih bingung dan terus merutuki dirinya sendiri. Kini namja itu menatap kearah jihwa dengan tatapan sendunya, lalu menangkup seluruh sisi wajah jihwa dengan tangannya.
            “mianhe, maaf bukan maksud oppa membuat mu menangis. Oppa juga tidak tahu, bagaimana bisa oppa menanyakan hal itu. Mianhe” donghae pun memeluk jihwa lalu megusap lembut rambut gadis yang tengah terisak dalam pelukannya itu.

            ****************************
            A Week Later
“bernanyi bukanlah hobi menurutku. Tetapi bernyanyi adalah sebuah bentuk mengekspresikan perasaan hati tanpa perlu mengucapkannya secara langsung”

“Ojig sarang hanajyo
Nega gajingon nomudo jag go jagjiman
Hamke nanumyo gijog gwa gathun iri irinajyo
Uri sarang phunijyo
Oduwojin orgure hemargun misorur chaja junun gon
Uri jagun
sarange khun himijyo”

            Lee jihwa gadis manis itu kini sedang menunggu kekasihnya yang sedang pergi  entah kemana. Gadis bermata bulat itu sudah setengah jam menunggu kekasihnya itu disebuah halte bus yang akan mengantarkan mereka kearah flat.

            Jihwa masih sibuk dengan mp3 player ditanganya dan sebuah earphone disetiap sisi telinganya. Ia menatap kosong kearah jalan raya. Gadis itu terus memikirkan bagaimana ia hidup bila lee donghae meninggalkannya untuk selamanya. Jihwa terus memikirkan hal itu tanpa mengetahui bahwa disisi jalan tempatnya duduk tengah berdiri seorang namja dengan sebuah kotak berukuran sedang ditangannya.

            Donghae berlari kearah jihwa yang tengah melamun tanpa melihat kanan dan kiri sisi jalan. Namja dengan senyum menawan itu terus meneriaki nama jihwa sedangkan yang dipanggil terlihat tidak merespon panggilan itu dan itu mengakibatkan donghae berhenti ditengah jalan dan seketika.

            BRRRAAKKK

            Ketika jihwa mengangkat kepalanya objek matanya menangkap hal yang selama ini ia tidak inginkan untuk terjadi. Donghae orang yang sangat ia cintai terpental setelah tertabrak sebuah truk yang melaju dari arah kanan dengan kecepatan tinggi. Jihwa sangat terkejut sehingga ia menjatuhkan mp3 player pemberian donghae itu dengan lemahnya.
            Gadis itu berlari dengan deraian kristal disetiap sisi pipinya. Ia menghampiri donghae, bahkan ia mendorong setiap orang yang menghalangi jalannya. Gadis itu berdiri dengan deraian air mata yang sangat banyak. Ia terkejut,  ia tidak bisa bernafas, detak jantungnya berhenti. Itulah yang kini ia rasakan ketika orang yang ia cintai tengah tergeletak tak berdaya dengan lumuran darah disekujur tubuhnya.
            Jihwa duduk dihadapan donghae, meletakkan kepala namja itu di pangkuannya.
            “oppa bertahanlah..hikkss...hikksss... kumohon bangunlah oppa..bertahanlah hikks..” lirih jihwa, bahkan kini air mata dan darah itu saling mengalir bersamaan disisi jalan.
            “opppa jebal bangunlah bertahanlah hikkss...hikkss...hikks... yakkk~ tolong pangilkan ambulance cepat” teriak jihwa, karena merasa tidak ada seorang pun yang membantunya. Ia menatap kearah donghae lalu menghapus seluruh lumuran darah yang menghambatnya menatap wajah tampan kekasihnya itu.
            Donghae membuka metanya secara perlahan lalu memegang tangan jhwa yang terus berusaha menghilangkan aliran darah diwajah donghae.
            “ji~ya” panggil donghae pelan bahkan hampir saja jihwa tidak mendengar suara donghae.
            “oppa, bertahanlah. Sebentar lagi ambulance akan datang” ujar jihwa membalas pegangan donghae pada tangannya, ia memegangnya dengan sangat kencang berharap dengan ini donghae mampu bertahan.
            “tidak, ji~ya waktuku tidak lama. Ini untukmu. Kau benar music dan nyanyian saling berkaitan dan itu adalah cara seseorang mengekspresikan perasaanya” donghae memberikan sebuah kotak yang sudah tak jelas warna aslinya karena penuh dengan lumuran darah lalu tersenyum. “jaga baik – baik. Lalu hi..hi..hidup..lah de..denga..dengan ba..baik” ucap donghae terbata – bata, matanya terasa berat  untuk terbuka lalu ia tersenyum dengan hangat setalah gadis yang ia cintai itu berjanji akan hidup dengan baik, setelah ini. Meskipun ia tidak bisa mendampinginya.
            “Oppa, IREONA oppa ireona, jebal ireona oppa,bertahanlah” teriak jihwa tidak karuan. Gadis itu memeluk raga seorang lelaki yang sangat ia cintai. Memeluknya dengan sangat erat. Seakan tidak membiarkan malaikat manapun mengambil nyawa kekasihnya.
            “OPPA IREONA”

            ***********************
            2 tahun kemudian
            In Flat

“Dentingan musik ini dan nyanyian ini lah yang mengingatkanku pada semua kenangan itu”

saranghae cheonbeoneul haedo tto haejugo sipeun mal
nae simjangeul ttwige haejuneun mal
apeuji anke nal jikyeojuneun gomaun mal

cham gamsahae jichin harue son jabajul sarami
baro geudaeran saramingeollyo
geudaereul mannasseume naneun jeongmal haengbokhan saram

            2 tahun telah berlalu. Setelah kematian itu jihwa beberapa minggu harus terpuruk sendiri. Ia berusaha untuk berjuang bangkit. Kini ia sadar meskipun donghae tidak ada disisinya namun, ia yakin cintanya masih tetap untuknya.
            Jihwa bernanyi dipinggir balkon kamarnya. Gadis berambut sepinggang yang bertebaran ditiup angin itu kini menatap kearah langit. Ribuan bintang tampak jelas dari balkon kamarnya itu.
            Gadis itu menyanyikan sebuah lagu yang sangat menggambarkan dirinya. Lalu tersenyum kearah rangkaian bintang yang ia rangkai sendiri membentuk wajah seseorang yang sangat ia rindukan 2 tahun kebelakangan ini. Lalu gadis itu membuka kotak musik pemberian terakhir sang namja. ‘Indah’ itulah statment pertama yang ia pikirkan saat pertama mendengar lantunan musiknya.
            “oppa bogoshipoyo. Inikan yang kau inginkan dan kini aku mengabulkannya. Nan Jeongmal Saranghaeyo” ucap jihwa menatap kearah ribuan bintang lalu tersenyum kemudian ia kembali kedalam kamarnya, merasa bahwa hawa alam semakin tak menentu.

            Disisi Lain
            Seorang namja berpakaian putih tengah tersenyum kearah gadis yang tengah menatap kearah ribuan bintang sebelum menutup pintu kamarnya.
            “Gomawo”
THE   END